Stunting/pendek merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan petumbuhan dan perkembangan yang lambat. Menurut data Levels and Trends in Child Malnutrition, WHO, UNICEF, World Bank (2012), 1 dari 4 balita di dunia mengalami stunting, dimana 90% dari mereka tinggal di Sub-Saharan Africa and Asia. Sedangkan persentase stunting di Indonesia sendiri mencapai 30% (Data Kemenkes).
Stunting bukan hanya mengacu pada tubuh pendek, tetapi juga berpengaruh pada kesehatan anak jangka pendek maupun jangka panjang. Efek yang ditimbulkan antara lain meliputi: peningkatan risiko penyakit infeksi dan terlambatnya perkembangan otak. Efek ini timbul karena stunting merupakan dampak dari kurangnya nutrisi (malnutrisi) pada anak selama pertumbuhan, baik dari dalam kandungan sampai dewasa. Beberapa penelitian mengenai stunting, memperlihatkan beberapa faktor yang menyebabkan stunting, antara lain: tinggi ibu, tinggi bayi saat lahir <48 cm, BBLR/Berat Bayi Lahir Rendah (<2500 gr), pemberian ASI, diet atau konsumsi makanan yang rendah ataupun tidak seimbang, pelayanan kesehatan, pendidikan, kemampuan ekonomi, dan lingkungan tempat tinggal (Demirchyan et.al, 2016; Vonaesch et.al., 2016).
Di Indonesia sendiri, terdapat salah satu langkah yang dilakukan untuk mencegah stunting, yakni dengan melakukan program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Program 1000 HPK dilakukan dengan melakukan perbaikan gizi pada masa kehamilan dan 2 tahun pertama kelahiran. Perbaikan gizi yang dilakukan berupa:
Memperbaiki intake ibu sebelum – saat hamil
Perbaikan gizi sebaiknya dilakukan sebelum fase kehamilan, hal ini dilakukan untuk memenuhi kecukupan untuk mempersiapkan pertumbuhan janin. Konsumsi tinggi protein dan micronutrient (vitamin dan mineral) harus ditingkatkan.
Memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan
ASI Ekslusif adalah pemberian asi yang dimulai dari hari pertama bayi lahir sampai berusia 4-6 bulan (Indonesia menyarankan 6 bulan) tanpa memberikan tambahan makanan lain (hanya ASI). ASI terbukti mengandung nutrisi lengkap dan mencukupi kebutuhan bayi. Karena ASI diperoleh dari ibu, sang ibu juga tetap harus memperbaiki pola konsumsinya.
Memberikan MP ASI yang sesuai
Makanan Pendamping (MP) ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi untuk mencukupi kebutuhannya, dimana ASI tetap menjadi makanan pokok. Pemberian ASI dapat dilakukan sampai usia 2 tahun, dan MP ASI disesuaikan dengan usia bayi. MP ASI diberikan dalam bentuk lunak dan tidak mengandung bahan kimia.
Memperbaiki pola makan
Pola makan sebaiknya tetap dijaga dengan baik, tidak hanya terbatas pada 1000 HPK tetapi tetap dijaga sampai anak tumbuh besar. Selain makanan, higienitas juga perlu dijaga untuk mencegah terinfeksinya tubuh dari virus dan bakteri yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Cara simple yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Melakukan pola hidup sehat
Pola hidup sehat dilakukan dengan menjaga konsumsi makanan, aktivitas fisik, dan lingkungan yang sehat.

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Meskipun kita pendek, akan tetpai stunting masih bisa diperbaiki dengan melakukan hal diatas. Semoga artikel kali ini bisa membantu menambah pengetahuan giziers. Terimakasih (

Sumber: Demirchyan, Petrosyan, Sargsyan, Hekimian. 2016. Predictors of Stunting Among Children Ages 0 to 59 Months in a Rural Region of Armenia. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition: January 2016 – Volume 62 – Issue 1 – p 150–156. Diakses melalui: https://journals.lww.com/jpgn/fulltext/2016/01000/Predictors_of_Stunting_Among_Children_Ages_0_to_59.29.aspx
Vonaesch P, Tondeur L, Breurec S, Bata P, Nguyen LBL, Frank T, et al. 2017. Factors associated with stunting in healthy children aged 5 years and less living in Bangui (RCA). PLoS ONE 12(8): e0182363. https://doi.org/10.1371/journal. pone.0182363
Rokom, 2018. Menkes: Cegah Stunting Sedini Mungkin. [Online] Diakses melalui: http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180704/0826366/menkes-cegah-stunting-sedini-mungkin/ (pada 3 Juli 2018)

Written by akg

Leave a Reply