Meningkatnya penyakit tidak menular di Indonesia memiliki hubungan erat dengan konsumsi rokok. Rokok mengandung banyak sekali kandungan kimia yang berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, gas CO, dan NO yang berasal dari tembakau. Menurut data Kementerian Kesehatan, peningkatan prevalensi perokok meningkat dari 27% pada tahun 1995, menjadi 36,3% pada tahun 2013, dan pemakainya didominasi oleh remaja. Kebiasaan merokok diikuti juga dengan pola hidup yang buruk, seperti jarangnya berolahraga, diet tidak seimbang, dan mengonsumsi alkohol berlebih. Oleh karena itu, merokok dan pola hidup yang buruk dapat mengakibatkan banyak risiko penyakit yang berbahaya seperti stroke, penyakit jantung, kanker, dan lainnya.

Pada umumnya, perokok memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit paru-paru, kanker, penyakit jantung, stroke, infertilitas, dan lain-lain. Salah satu zat utama pada rokok adalah nikotin yang memiliki sifat adiktif dan dapat mengakibatkan beberapa dampak fisiologi seperti perubahan mood, perubahan pola makan, dan penurunan kecemasan. Nikotin bekerja dengan mengaktivasi jalur dopamin dan berfungsi sebagai stimulan dan depresan dalam waktu yang bersamaan melalui pelepasan neurotransmitter (Elsevier, 2013).

Nikotin dalam rokok juga dapat menekan selera makan sehingga memicu perubahan perilaku yang mendorong perokok untuk mengurangi porsi makan. Proses ini dimulai saat pembakaran rokok, yaitu masuknya nikotin ke sirkulasi darah sebesar 25% dan ke otak manusia selama kurang lebih 15 detik. Kemudian nikotin akan diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik untuk memacu sistem dopaminergik pada jalur imbalan sehingga akan mengurangi selera makan. Selain itu, merokok juga membuat kurangnya cita rasa makanan pada perokok, sehingga perokok mengalami penurunan selera makan (Ilfandari,2015).

Sebuah studi menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi tembakau dengan makanan yang mengandung antioxidan seperti buah dan sayuran. Hal ini disebabkan karena ditemukan meningkatnya konsentrasi cadmium pada darah perokok. Merokok juga dapat mengakibatkan pecandunya mengalami defisiensi vitamin A, C, E, B, beta-karoten, Zinc, Copper, zat besi, dan mikronutrien lainnya (CDC, 2007). Sementara itu, merokok juga dapat merubah pola makan yang tadinya seimbang menjadi buruk karena perokok lebih memilih untuk mengonsumsi makanan instan (fastfood), gula, produk daging dan susu, serta mengurangi porsi buah dan sayur.

Menurut penelitian, kandungan protein, serat, folat, vitamin D dan E, magnesium dan tiamin pada perokok lebih rendah daripada non-perokok. Sebanyak 20-50% perokok mengalami defisiensi kalsium, folat, magnesium, vitamin A, D, dan K, dan lebih dari 50% mengalami defisiensi serat, potassium, dan vitamin E. Defisiensi terhadap bahan-bahan ini dapat mengakibatkan dampak buruk bagi tubuh. Di studi lain, perokok menyatakan secara signifikan memiliki asupan energi, lemak total, lemak jenuh, kolesterol yang lebih tinggi. Selain itu asupan lemak tak jenuh ganda, serat, vitamin C, vitamin E, dan beta-karoten lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok (Dallongeville, et al., 1998).

Untuk memenuhi asupan pada tubuh, dibutuhkan pola makan yang baik. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin A, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan laut, daging merah, serta sayur-sayuran seperti wortel dan brokoli. Vitamin C dan vitamin E dapat dipenuhi dengan mengonsumsi buah-buahan seperti berries dan sayuran. Asupan potassium, sodium, dan magnesium juga harus diperhatikan karena defisiensi akan zat-zat tersebut dikombinasikan dengan konsumsi lemak jenuh, kolesterol dan lainnya dapat mengakibakan obesitas, atherosklerosis, tekanan darah tinggi, dan penyakit kardiovaskuler (Ritmueller, et al., 2012).

Mengadopsi pola makan yang baik dan olahraga yang cukup bukan berarti merokok menjadi suatu kegiatan yang aman untuk dilakukan. Pada rokok terdapat banyak sekali zat berbahaya yang dapat merusak tubuh, dan kerusakan tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan menjaga pola makan yang sehat dan olahraga yang cukup. Penelitian menyatakan bahwa, tubuh perokok lebih sulit menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Ritmueller, et al., 2012). Ini menunjukkan bahwa merokok memiliki dampak yang jauh lebih buruk dan tidak dapat diatasi dengan hanya menjaga pola hidup yang baik.

Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa rokok sangan berpotensi menyebabkan penyakit bagi manusia. Selain itu ditemukan fakta bahwa, salah satu faktor pendukung yang dapat memperburuk dampak dari rokok berkaitan dengan asupan nutrisi. Asupan nutrisi dapat dipengaruhi oleh efek dari nikotin dan pola makan yang buruk. Penggunaan rokok dapat mempengaruhi nafsu makan seseorang sehingga dapat mempengaruhi asupan gizi seseorang juga. Rokok pada umumnya akan menurunkan nafsu makan seseorang sehingga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu dibutuhkan pola makan yang baik dan olahraga yang cukup dengan mengonsumsi zat-zat gizi yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Namun, kegiatan merokok tetap harus dihentikan karena pola hidup yang baik tidak menjamin dapat mengatasi dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh kegiatan merokok.

Referensi
● Depkes.go.id. (2017). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [online] Available at: http://www.depkes.go.id/article/print/16060300002/htts-2016-suarakan-kebenaran-jangan-bunuh-dirimu-dengan-candu-rokok.html [diakses 6 May 2017].
● Tirtosastro, S. and Murdiyati, A. (2009). Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 2, [online] pp.33-43. Available at: http://balittas.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/vol2133.pdf [diakses 6 May 2017].
● Unja, Y.O.F., 2013. Hubungan Pola Makanan, Olah Raga, dan Merokok terhadap Prevalensi Penyakit Stroke Non Hemoragik.
● Dallongeville, J. et al. (1998). Cigarette Smoking Is Associated with Unhealthy Patterns of Nutrient Intake: a Meta-analysis. [online] The Journal of Nutrition, 128 (9) 1450-1457. Available at: http:/jn.nutrition.org [diakses 6 Mei 2017]
● Ilfandari, A. (2015). Hubungan Perilaku Merokok dengan Indeks Massa Tubuh Remaja Putra. [online] E-Jurnal Obstetrika, 3(1) 1-15. Available at: http://ejurnal.lantansamashiro.ac.id/ [diakses 6 Mei 2017]
● Padrao, P. et al. (2011). Association between tobacco consumption and alcohol, vegetable and fruit intake across urban and rural areas in Mozambique [online] Journal of Epidemilogy and Community Health, 65 (5) 445-453 Available at: http://www.jstor.org [diakses 6 Mei 2017]
● Kim, H. et al. (2010). Blood Cadmium Concentrations of Male Cigarette Smokers are Inversely Associated with Fruit Consumption. [online]. Journal of Nutrition, Vol.140, 1133 Available at: ClinicalKey. [diakses 10 Mei 2017]
● Rittmueller, S. et al. (2012). Differences in Dietary Quality and Adequacy by Smoking Status. [online] Public Health, Vol.126 (6), 490-497. Available at: ClinicalKey. [diakses 10 Mei 2017].

Written by akg

Leave a Reply