Mirip seperti thiamin/vitamin B1 yang sudah dibahas sebelumnya, riboflavin/vitamin B2 juga mempunyai peran penting sebagai koenzim dalam berbagai proses metabolisme energy dalam tubuh. Bentuk koenzim riboflavin adalah FMN (flavin mononukleotida) dan FAD (flavin adenine dinukleotida). Dua koenzim tersebut berperan dalam mengikat atom hydrogen sehingga proses metabolisme energy dalam tubuh dapat berjalan lancar.

Kekurangan riboflavin biasanya akan dibarengi dengan defisiensi nutrient lainnya. Kekurangan riboflavin biasanya disebut sebagai ariboflavinosis. Gejala yang ditimbulkan adalah inflamasi/pembengkakan pada membrane mulut, kulit, mata, dan saluran pencernaan. Kelebihan kadar riboflavin biasanya tidak akan menimbulkan bahaya, dan sampai sekarang belum ada kasus penyakit akibat kelebihan riboflavin.

Bahan makanan yang enjadi sumber terbaik dari riboflavin adalah susu dan olahannya. Selain itu, serealia, sayuran daun berwarna hijau (brokoli, lobak hijau, asparagus, dan bayam), dan ragi bernutrisi juga menjadi sumber yang baik akan riboflavin. Vegetarian yang tidak dapat mengonsumsi susu, biasanya akan bergantung pada serealia dan sayuran hijau dalam mendaptkan asupan riboflavinnya. Sinar ultraviolet dan irradiasi akan menghancurkan riboflavin. Oleh karena itu, susu biasanya dibungkus dalam kemasan yang tidak tembus pandang, sehingga menjaga kandungan riboflavin di dalamnya. Riboflavin ternyata salah satu zat yang stabil jika mengalami pemanasan, sehingga proses pemasakan tidak akan menghancurkan kandungan riboflavin.

 

Sumber :

Whitney, E. et al. 2016. Understanding Nutrition. 14th ed. Stamford : Cengage Learning.

Written by akg

Leave a Reply