Kesehatan anak usia di bawah 2 tahun harus sempurna untuk membentuk generasi emas di masanya (Sarah dan Michael, 2016). Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah pemenuhan asupan dan kecukupan gizi selama 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Dalam 1000 HPK anak terjadi periode emas pertumbuhan yang harus terpenuhi gizinya agar menjamin kesehatan yang baik di masa depan. Perhitungan 1000 HPK ini dimulai sejak janin berada didalam rahim ibu sampai anak berusia 2 tahun, yang mana dalam kurun waktu tersebut tubuh bekerja secara optimal untuk membentuk fisik dan kecerdasan seorang anak.

Sarah Cusick dan Michael Georgieff dalam jurnalnya yang berjudul The Role of Nutrition in Brain Development: The Golden Opportunity of the “First 1000 Days” mengatakan bahwa setiap anak memiliki kemampuan mengembangkan kognitif, sosial, dan emosi sifat. Pertumbuhan struktur dan kapasitas otak secara optimal terjadi sejak awal kehidupan sampai usia 3 tahun. Para peneliti telah menyimpulkan bahwa 1000 HPK dan usia 0-3 tahun sebagai kesempatan emas untuk mempengaruhi pembentukan kecerdasan dan fisik anak.

Semua asupan dan kecukupan gizi penting untuk pertumbuhan otak. Dampak dari kekurangan gizi sangatlah beragam. Secara umum, kekurangan gizi berdampak besar terhadap perkembangan otak dan mengakibatkan dampak buruk jangka panjang seperti kelemahan berpikir dan kelemahan kemampuan kognitif (Sarah dan Michael, 2016). Hal ini didukung pula dalam konsep “Nutritional programming” pada 1000 HPK yang menjelaskan bahwa gizi berkaitan dengan kebiasaan pola makan dan lingkungan selama kehamilan hingga usia 2 tahun seorang anak mempengaruhi kondisi fisiknya kelak di masa yang akan datang (Saavedra dan Dattilo, 2017).

Bagaimana jika gizi tersebut tidak terpenuhi? Anak akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan atau yang sering disebut dengan stunting atau balita pendek (Depkes, 2016). Upaya peningkatan status gizi masyarakat, termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan jangka menengah 2015-2019.

Screenshot_2017-06-30-20-38-55-1

Gambar 1. Kecenderungan prevalensi gizi kurang, pendek, kurus, dan gemuk pada balita Indonesia tahun 2007, 2010, dan 2013

Sumber : Hasil Riskesdas 2013

Berlandaskan informasi yang kami himpun dari beberapa sumber mengenai gizi seimbang, kami memberikan materi tersebut pada ibu di posyandu Tenggiri, Depok. Upaya pendidikan gizi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu terutama tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan. Kegiatan ini menggunakan pre-post test untuk membandingkan pengetahuan yang dimiliki sebelum dan sesudah intervensi. Gizi Bakti Masyarakat dilaksanakan sebanyak 3 kali kegiatan.

GBM pertama dilakukan Sabtu, 15 April 2017. Pemberian materi mengenai gzi seimbang dalam bentuk penyuluhan selama 45 menit. Sebelum posttest, diberikan juga kuis dengan hadiah peralatan rumah tangga untuk menyemarakan suasana sekaligus mengapresiasi ibu yang berhasil menjawab soal kuis. Jumlah ibu yang hadir adalah 26 orang. Intervensi pada GBM 1 berjalan dengan baik di mana ada satu pemberi materi yang menjelaskan mengenai gizi seimbang. Terdapat beberapa kendala seperti suasana yang kurang kondusif dikarenakan posyandu merupakan ruangan terbuka dan jumlah ibu yang membawa serta anak balitanya cukup banyak sehingga komunikasi agak terhambat. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan microphone agar suara lebih jelas.

Berselang 2 minggu kemudian, GBM kedua dilaksanakan dalam bentuk diskusi formasi focus grup selama 30 menit. Terdapat 4 focus grup yang masing-masing beranggotakan 4 orang dan dipandu seorang penyuluh. Anggota penyuluh adalah mahasiswa tingkat 1 dan 2 jurusan Gizi, FKM UI. Materi yang dibahas juga masih seputar gizi seimbang. Jumlah ibu yang hadir adalah 16 orang. Kondisi intervensi GBM kedua berjalan dengan baik di mana model penyampaian materi diubah yang sebelumnya hanya terpusat pada 1 pembicara, menjadi terbagi dalam beberapa focus group. Diharapkan dengan sistem ini, ibu menjadi lebih fokus dan mudah menangkap maksud dari penyampai materi dalam kelompok karena memicu keaktifan ibu dalam berdiskusi. Secara keseluruhan materi yang diberikan tidak berbeda dengan materi sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempertajam pemahaman ibu mengenai gizi seimbang. Oleh sebab itu pertanyaan yang dibagikan saat pretest dan posttest juga hampir sama, hanya saja kata gizi kurang diganti dengan stunting untuk memperkaya pengetahuan ibu.

Setelah banyak dipaparkan informasi mengenai gizi seimbang pada 2 pertemuan sebelumnya, Sabtu 13 Mei 2017 acara GBM ditutup dengan demo masak yang dilakukan oleh mahasiswa Gizi FKM UI dengan bahan dasar ikan. Setelah itu diadakan konsultasi gizi untuk ibu yang hadir. Selama kegiatan GBM berlangsung, panitia (AKG IM FKM UI 2017) mendapat respon yang hangat baik dari pihak kepala bagian posyandu kecamatan Beji, kader posyandu Tenggiri, dan ibu yang hadir. Mereka tampak antusias mendengar setiap penjelasan. Perihal penurunan jumlah ibu yang hadir saat GBM kedua, kemungkinan dikarenakan jam pelaksanaan GBM pada pagi hari di mana para ibu masih melakukan pekerjaan rumah. Peserta yang hadir tetap fokus dan mengikuti seluruh acara sampai tuntas.

Hasil Pengukuran Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diintervensi
Berikut adalah hasil pretest dan posttest dari 2 kegiatan intervensi Gizi Bakti Masyarakat :
Tabel 1. Jumlah responden yang benar menjawab tiap soal pada intervensi pertama

Screenshot_2017-06-30-20-41-29-1

Tabel 2. Jumlah responden yang benar menjawab tiap soal pada intervensi pertama
Screenshot_2017-06-30-20-41-20-1

Screenshot_2017-06-30-20-41-13-1
Gambar 2. Rata-rata nilai di setiap test

Terdapat peningkatan pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Hasil posttest menunjukan peningkatan, ditinjau dari kenaikan rata-rata nilai pada pretest-posttest pertama yaitu dari nilai 77,4 menjadi 81,9 (naik 4,5). Sementara untuk pertemuan kedua menunjukan kenaikan nilai yang lebih tinggi lagi yaitu dari 61,3 menjadi 77,5 (naik 16,2). Tren peningkatan pengetahuan tersebut menjelaskan bahwa informasi gizi seimbang yang diberikan dapat diterima oleh para peserta. Dalam Jurnal Keperawatan Indonesia (JKI) dijelaskan bahwa menurut Maulana (2009), informasi yang diperoleh seseorang akan diproses dan menghasilkan pengetahuan. Semakin sering meningkat pengetahuannya maka diharapkan akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Informasi kesehatan adalah sumber kekuatan keluarga dalam menjaga kesehatan anaknya. Informasi yang diberikan harus jelas, akurat, dan relevan (Glasper & Richardson, 2006). Sulisnadewi, Nurhaeni, dan Gayatri (2012); Mangala, et al., (2001) menemukan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan sikap ibu. Berdasarkan informasi tersebut, informasi kesehatan menjadi stimulus bagi orang tua dan dasar dari pengetahuan, sementara pengetahuan merupakan dasar bagi orang tua dalam menentukan sikap yang tepat dalam mengambil keputusan (JKI, 2013)

Topik GBM
Topik yang disampaikan dalam GBM seputar gizi seimbang, yang dikaitkan dengan gizi balita. Topik yang mudah diterima oleh ibu adalah gejala dan dampak gizi kurang terhadap anak, karena ciri fisik dapat dengan mudah diidentifikasi.Memang gejala fisik menjadi hal yang paling mudah dideteksi ketika seorang anak mengalami gizi kurang, seperti badan kurus, rendahnya nafsu makan yang mengakibatkan kurang berat badan. Pada saat imunisasi di posyandu, hal yang menjadi perhatian adalah apakah terdapat kenaikan berat dan tinggi badan anak, karena dari hal ini dapat mengindikasikan anak kurang gizi. Mengenai ASI, seluruh ibu juga sudah paham mengenai pentingnya ASI. Menurut organisasi Thousanddays yang konsen terhadap 1000 hari pertama kehidupan, pemberian ASI eksklusif adalah kunci kehidupan anak dan kesehatannya karena ASI menyediakan gizi yang essensial dan tidak tergantikan untuk pertumbuhan anak. Termaksud kapan bayi boleh menerima makanan pendamping ASI yaitu saat berusia 6 bulan. (Thousanddays¸ 2017). Seluruh ibu juga sudah mengerti dengan baik perihal meningkatkan nafsu makan anak. Dengan mengatur jam makan disiplin, maka pola makan anak akan teratur.

Sedangkan untuk topik yang cukup sulit karena merupakan hal baru dan angka kenaikan nilainya cenderung tidak signifikan. Pertama mengenai porsi protein nabati yang harus dikonsumsi menurut “Tumpeng Gizi Seimbang”. Berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 disebutkan kebutuhan protein hewani dan nabati harus seimbang. Kebutuhan protein hewani 2-4 porsi (kira-kira setara dengan 70-140 gr daging sapi atau 80-160 gr daging ayam. Itu artinya kebutuhan protein nabati juga 2-4 porsi perhari (setara dengan 100-200 gr tempe). Materi ini cukup sulit karena pengetahuan ibu akan porsi ideal yang sesungguhnya sangat minim, masyarakat terbiasa makan tanpa memperhatikan porsi.

Screenshot_2017-06-30-20-41-06-1

Gambar 1. Tumpeng Gizi Seimbang
Sumber : Pedoman umum gizi seimbang, Kementrian Kesehatan, 2014

Penyebab pertumbuhan anak terhambat atau stunting ternyata belum sepenuhnya dimengerti oleh para ibu. Secara spesifik, materi GBM ke dua membahas mengenai risiko kekurangan gizi di 1000 hari pertama kehidupan. Seperti yang sebelumnya sudah dijelaskan bahwa proses kehidupan sampai 2 tahun adalah usia yang sangat krusial bagi anak. Karakteristik usia ini disertai dengan percepatan pertumbuhan dan kematangan fungsi organ, pembangunan pola metabolisme (sebab mengapa jika dari usia bayi sampai 2 tahun anak bertubuh gemuk, maka kemungkinan besar di usia berikutnya akan sulit untuk kurus), dan terjadi periode tercepat (Saavedra dan Dattilo, 2017).

Kesimpulan & Rekomendasi
Berdasarkan hasil penilaian pengetahuan ibu, kegiatan intervensi dalam bentuk pendidikan gizi berhasil dibuktikan dengan peningkatan pengetahuan ibu dalam pretest dan posttest. Materi yang disampaikan mampu dicerna dengan baik oleh ibu-ibu di wilayah Posyandu Tenggiri, Kecamatan Beji, Depok. Baik petugas posyandu maupun masyarakat menerima kegiatan ini dengan antusias. Demikian pula pengetahuan kita akan gizi seimbang harus terus menerus diperbaharui, agar kita lebih bijaksana dalam menjaga kesehatan.

Topik seputar gizi yang masih harus terus disosialisasikan adalah gizi seimbang. Sebenarnya pedoman gizi seimbang sudah ada sejak 1990an, menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah ada sejak 1952. Namun baru dibuat Pedoman Gizi Seimbang yang baru dari Kementrian Kesehatan pada 27 Januari 2014 sehingga belum terlalu familiar di telinga masyarakat. Pemikiran masyarakat yang masih melekat pada 4 Sehat 5 Sempurna harus diorientasikan pada pedoman gizi seimbang, dengan memperjelas porsi setiap komponen dalam makanan. Metode pemberian materi (pendidikan gizi) yang dilakukan pada acara GBM sangat direkomendasikan untuk bisa dilaksanakan di lokasi lain.. Hal ini sudah jelas membuktikan bahwa pendidikan gizi cukup berhasil meningkatkan pengetahuan ibu yang diharapkan dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI. RisKesDas 2013 [Internet]. 2013 [cited 16 June2017]. http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.
2. Cusick, Sarah and Georgieff, Michael. The Role of Nutrition in Brain Develoment: The Golden Opportunity of the “First 1000 Days” [Internet]. 2016 [cited 11 June 2017]. Available from: http://remote-lib.ui.ac.id:2057/science/article/pii/S0022347616302219.
3. Saavedra and Dattilo. Nutrition in the First 1000 Days of Life: Society’s Greatest Opportunity [Internet]. 2017 [cited 12 June 2017]. Available from: http://remote-lib.ui.ac.id:2057/science/article/pii/B9780081001684000252.
4. Fox SF, Levit P, Nelson C.A. How the timing and quality of early experiences influences the development of brain architecture. Child Dev 2010; 81:28-40.
5. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Gizi Seimbang [Internet]. 2014 [cited 12 June 2017]. Available from: http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/PGS%20Ok.pdf.
6. 1000 Days. Breastfeeding [Internet]. 2017 [cited 12 June 2017] Available from: http://thousanddays.org/the-issue/breastfeeding/.
7. Neni A, Yeni R, Fajar T. Pemberian Informasi Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Orang Tua dalam Penanganan Demam pada Anak [Internet]. 2013 [cited 12 June 2017]. Available from: http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/viewFile/8/8.
8. UNICEF India. Stunting [Internet]. 2013 [cited 13 June 2017]. Available from: http://unicef.in/Whatwedo/10/Stunting.
9. Dept Kesehatan RI. Pusdatin Kementrian Kesehatan RI [Internet]. 2016 [cited 16 June 2017]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita-pendek-2016.pdf.

Written by akg

Leave a Reply