Mitos atau Fakta: Telur Bisa Menyebabkan Bisul?

Telur menjadi salah satu makanan dengan sumber protein tinggi yang sering kita konsumsi. Konsentrasi protein rata-rata dalam telur adalah 12,5 gram per 100 gram telur segar mentah.
Dalam putih telur terdapat banyak protein dalam bentuk ovalbumin yang mengisi 50% dari total
protein putih telur. Ovalbumin pada putih telur ini  merupakan sumber asam amino penting
untuk nutrisi tubuh manusia.

Telur juga mengandung banyak asam amino esensial, seperti fenilalanin, metionin, lisin, isoleusin, valine, dan threonine. Selain karena mudah didapat, telur merupakan salah satu bahan makanan yang mudah diolah menjadi berbagai hidangan. Telur mengandung banyak zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh, contohnya protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, dan zat gizi lainnya.

Namun, tak sedikit orang yang beranggapan bahwa ia tidak mau mengonsumsi telur terlalu sering dengan alasan takut bisulan. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar, karena pada nyatanya konsumsi telur tidak ada hubungannya dengan terjadinya bisul. Bisul terjadi karena adanya infeksi bakteri Staphylococcus aureus. S. aureus merupakan patogen utama yang dapat menyebabkan kekambuhan bisul. Bisul adalah infeksi dalam folikel rambut yang menyebabkan pembentukan abses dengan akumulasi nanah. Interaksi antara S. aureus dan inangnya dapat berlangsung lama, bahkan hingga bertahun-tahun. Namun, ketika sistem kekebalan tubuh sedang melemah, bisul dapat berkembang dan muncul gejala infeksi.

Memang betul adanya, ada beberapa orang yang mengalami alergi telur. Respon alergi yang dapat timbul terhadap alergen telur dapat berupa masalah dermatologis (ruam dan gatal-gatal), gejala pencernaan (diare, mual, dan muntah), pilek dan bersin, serta dapat menyebabkan mata berair atau merah. Meskipun tidak semua orang memiliki alergi telur, bukan berarti kita dapat mengonsumsinya dalam jumlah banyak. Ingat, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Lalu berapa butir telur maksimum yang aman dikonsumsi dalam satu hari? Sebetulnya, konsumsi dua butir telur per hari sudah cukup. Telur memiliki berat rata-rata sebesar 50,3 gram. Menurut rekomendasi dari USDA, maksimal konsumsi telur dalam satu minggu adalah sekitar 26 ons atau setara dengan 14 butir telur dan dapat dikatakan 2 butir telur per harinya pada individu dengan kebutuhan 2000 kalori per harinya.

Referensi

  • ACAAI Public Website. 2019. Egg Allergy. [online] Available at:
    <https://acaai.org/allergies/types-allergies/food-allergy/types-food-allergy/egg-allergy>
    [Accessed 10 April 2021].
  • Attia, Y. A., Al-Harthi, M. A., Korish, M. A., & Shiboob, M. H. 2020. Protein and Amino Acid Content in Four Brands of Commercial Table Eggs in Retail Markets in Relation to Human Requirements. Animals : an open access journal from MDPI, 10(3), 406. https://doi.org/10.3390/ani10030406
  • Dietaryguidelines.gov. 2020. Home | Dietary Guidelines for Americans. [online] Available at:<https://www.dietaryguidelines.gov/> [Accessed 11 April 2021].
  • Ibler, K. S., & Kromann, C. B. 2014. Recurrent furunculosis – challenges and management: a review. Clinical, cosmetic and investigational dermatology, 7, 59–64. https://doi.org/10.2147/CCID.S35302
  • Mathew, P., & Pfleghaar, J. L. 2020. Egg Allergy. In StatPearls. StatPearls Publishing. Réhault-Godbert, S., Guyot, N., & Nys, Y. 2019. The Golden Egg: Nutritional Value, Bioactivities, and Emerging Benefits for Human Health. Nutrients, 11(3), 684. https://doi.org/10.3390/nu11030684

 

Written by akg

Leave a Reply