Buah merupakan salah satu bahan makanan nabati yang mendukung kebutuhan akan vitamin bersama dengan sayur. Buah telah diminati oleh banyak orang karena selain rasanya yang lezat juga mengandung sejumlah vitamin penting bagi tubuh (Budiyono, 2004). Tidak hanya mengandung vitamin, buah juga kaya akan serat. Serat merupakan komponen zat yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan. Serat juga terbagi menjadi dua berdasarkan kelarutannya, yaitu serat yang larut (Soluble fiber) dan serat yang tidak larut (Insoluble fiber). Buah termasuk ke dalam Soluble fiber karena bersifat larut dalam air, dapat membantu menurunkan lemak-lemak dalam darah, dan juga mempertahankan gula darah.
Berdasarkan sifat dan fungsi dari buah tersebut, maka buah dapat dikatakan memberikan keuntungan besar bagi manusia karena adanya serat yang bersifat rendah kalori sehingga dapat menurunkan berat badan. Selain itu, bagi orang yang kadar kolesterol dan lemak nya tergolong tinggi, mengonsumsi buah merupakan pilihan terbaik karena serat yang tinggi ternyata dapat menyebabkan lebih banyak pengeluaran asam empedu. Semakin banyak asam empedu yang dikeluarkan, akan semakin banyak pula kolesterol dan lemak yang dibuang melalui feses.
Dengan manfaat yang begitu banyak dari buah, menjadikan buah sebagai salah satu bahan pangan wajib konsumsi berdasarkan pedoman gizi seimbang. Akan tetapi, belakangan ini cukup banyak informasi yang beredar mengenai waktu yang tepat untuk mengonsumsi buah. Ada yang mengatakan sebelum makan menu utama dan ada yang justru sebaliknya. Bagi yang mengatakan makan buah sesudah makan beralasan karena dapat menimbulkan masalah pencernaan.
Faktanya, tidak ada aturan baku mengenai kapan waktu yang tepat untuk memakan buah, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti jenis dan komposisi buah yang dimakan serta memperhitungkan efek dari mengonsumsi buah tersebut terhadap kondisi tubuh kita (Wulandari, 2016). Untuk membantu kita dalam memakan buah yang tepat, maka kita harus mengetahui apa saja karakteristik yang ada dari buah, seperti (Wulandari, 2016):
- Buah yang bersifat asam : limau dan jeruk
- Buah yang kaya serat : apel dan anggur
- Buah yang banyak kandungan air : semangka dan melon
- Buah-buahan berdaging : mangga dan pisang
Berdasarkan karakteristik buah-buahan di atas, maka kita dapat menyesuaikan jenis buah yang sesuai dengan kondisi tubuh. Bagi yang tidak memiliki masalah pencernaan, akan lebih baik jika makan buah sebelum makan agar nutrisi buah dapat diserap tubuh dengan lebih baik. Hal ini juga berlaku bagi yang sedang menjalani program diet karena buah akan membuat kita menjadi kenyang sehingga porsi makan juga akan berkurang. Sebaliknya, bagi yang memiliki masalah pencernaan dapat menyesuaikan jenis buah, misalnya makan buah yang sifatnya asamsetelah makan dan kaya serat sebelum makan (Rana, 2019).
Jadi, kita juga tidak perlu cemas untuk mengalami masalah pencernaan karena buah dapat dimakan kapanpun dan bersama dengan makanan lainnya. Di dalam tubuh terdapat berbagai enzim pencernaan untuk karbohidrat, protein, dan lemak yang juga dapat mencerna makanan campuran, seperti buah. Selain itu, lambung juga mengandung konsentrasi asam yang tinggi (HCl) sehingga dapat membunuh bakteri yang memungkinkan timbulnya masalah-masalah pada pencernaan (Pasupathy, 2012).
Sumber :
Budiyono, M. A. K., 2004. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Pasupathy, S., 2012. Should Fruit be Eaten Before of After Meals?. [Online]
Available at: https://www.healthxchange.sg/food-nutrition/food-tips/fruit-before-after-meals
[Accessed 6 July 2020].
Rana, S., 2019. Should you eat fruits before or after a meal?. [Online]
Available at: https://food.ndtv.com/food-drinks/should-you-eat-fruits-before-or-after-a-meal-1833330
[Accessed 6 July 2020].
Wulandari, R., 2016. Makan Buah, Sebelum atau Sesudah Makan?. [Online]
Available at: http://ormagika.fk.ub.ac.id/nutlook-13/
[Accessed 6 July 2020].



Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.