
Demam berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegyptyi dan Aedes Albocpictus. Indonesia termasuk ke dalam wilayah endemis DBD dengan sebaran wilayah di seluruh provinsi di tanah air. Umumnya, penderita DBD akan mengalami fase demam selama 2-7 hari. Pada fase pertama (1-3 hari), penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi sekitar 40°C. Kemudian pada fase ke-dua (hari ke 4-5), penderita mengalami fase kritis dengan penurunan demam hingga 37°C dan mulai merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali). Namun, pada fase kedua tersebut jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, yaitu akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat pembuluh darah pecah (pendarahan). Di fase yang ketiga (hari ke 6-7), penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali normal kembali.
Sesuai dengan fase DBD tersebut, penyakit ini erat kaitannya dengan thrombocytopenia, yaitu kondisi ketika darah memiliki kadar trombosit (atau disebut juga platelet) yang lebih sedikit dari kadar normal. Trombosit dibuat di sumsum tulang bersama dengan pembuatan sel darah lainnya. Trombosit akan mengalir di dalam pembuluh darah dan saling menempel (clot) untuk menghentikan pendarahan yang dapat terjadi jika pembuluh darah rusak. Ketika darah memiliki terlalu sedikit trombosit, pendarahan dapat terjadi. Pendarahan bisa terjadi di dalam tubuh (internal bleeding) maupun di permukaan luar tubuh (external bleeding). Kadar trombosit normal pada orang dewasa adalah antara 150.000 sampai 450.000 trombosit per mikroliter darah. Kadar trombosit dibawah 150.000 trombosit per mikroliter dianggap lebih rendah dari kadar normal dan dianggap mengalami thrombocytopenia.
Thrombocytopenia pada pasien DBD umumnya terjadi melalui mekanisme penekanan aktivitas sumsum tulang dan destruksi (perusakan) trombosit periferal. Penekanan aktivitas sumsum tulang menyebabkan produksi trombosit menurun, sedangkan destruksi trombosit periferal terjadi karena proses autoimun. Berdasarkan hasil penelitian, trombosit pasien DBD mengalami fagositosis (dimakan) oleh makrofag (salah satu sel imun tubuh). Pasien DBD juga mengalami munculnya antibodi anti-platelet dalam tubuh mereka. Antibodi anti-platelet akan menyebabkan trombosit mengalami lisis (pecah). Semua mekanisme tersebut menyebabkan jumlah trombosit menurun pada pasien DBD dan mengalami thrombocytopenia.
Untuk mengatasi penurunan trombosit darah, daun jambu biji (Psidium guajava) sering diberi kepada pasien DBD untuk mengingkatkan kadar trombosit darah. Apakah jambu biji memang dapat meningkatkan kadar trombosit darah? Sebelum mencari jawabannya, kita bahas mengenai thrombopoetin dulu yuk!
Thrombopoetin adalah sebuah hormon yang diproduksi oleh hati dan ginjal yang befungsi mengatur proses produksi trombosit pada sumsum tulang. Thrombopoetin menstimulasi produksi dan diferensiasi megakaryosit, yaitu sel sumsum tulang yang akan dipotong-potong menjadi trombosit dalam jumlah banyak. Kurangnya thrombopoetin akan mengakibatkan penurunan kadar trombosit darah secara signifikan, yang kemudian akan menyebabkan kondisi thrombocytopenia. Akhir-akhir ini, stimulasi aktivitas thrombopoetin menjadi salah satu pengobatan medis yang paling menjanjikan bagi penyakit yang berkaitan dengan thrombocytopenia, termasuk DBD.
Daun jambu biji mengandung suatu senyawa bernama trombinol. Secara molekular, trombinol dapat meningkatkan ekspresi gen yang dimiliki oleh thrombopoetin, yaitu melalui mekanisme GA-binding protein (GABP) dan interleukin 6 (IL-6). GABP merupakan suatu faktor yang terlibat dalam proses transkripsi gen thrombopoetin. GAPB meningkatkan aktivitas suatu promoter. Promoter tersebut meningkatkan ekspresi thrombopoetin. GABP juga mengatur gen thrombopoetin yang berperan dalam diferensiasi dan pematangan megakaryosit menjadi trombosit. IL-6 meningkatkan aktivitas pengikatan DNA yang berperan dalam produksi thrombopoetin. Saat jumlah thrombopoetin dalam tubuh meningkat, maka produksi trombosit juga akan meningkat.
Lalu, apakah hanya daun jambu biji yang memiliki manfaat untuk pasien DBD? Ternyata tidak, buah jambu biji juga bermanfaat bagi pasien DBD. Buah tersebut mengandung vitamin C yang tinggi, melebihi kandungan vitamin C pada jeruk. Vitamin C berperan dakan proses hidroksilasi asam amino prolin dan lisin. Kedua senyawa hasil proses hidroksi tersebut merupakan komponen pembentuk kolagen yang penting dalam penyembuhan luka, serta memberi kekebalan tubuh melawan infeksi, termasuk infeksi DBD.
Buah jambu biji juga mengandung flavonoid kuersetin. Kuersetin dapat menghambat sintesis DNA. Virus dengue menginfeksi manusia dengan cara bereplikasi, yaitu membentuk DNA komplemen sebagai cetakan bagi pembentukan RNA baru. Kuersetin berperan menghambat replikasi virus dengue tersebut, sehingga mengurangi tingkat serangan virus. Pendarahan akibat penurunan kadar trombosit juga dapat dicegah oleh kuersetin. Pemberian jus jambu biji juga berpengaruh terhadap peningkatan kadar trombosit darah pasien DBD. Berdasarkan suatu penelitian, pasien DBD yang diberi jus jambu biji mengalami rata-rata peningkatan jumlah trombosit sebanyak 76.100 trombosit per mikroliter darah, sedangkan pasien yang tidak diberi jus jambu mengalami rata-rata peningkatan jumlah trombosit hanya sebanyak 14.300 trombosit per mikroliter darah.
Berdasarkan pemaparan di atas, senyawa trombinol pada daun jambu biji dapat meningkatkan produksi thrombopoetin yang pada gilirannya akan meningkatkan produksi trombosit darah. Buah jambu biji juga berperan dalam meningkatkan kadar trombosit darah sekaligus memberi kekebalan tubuh melawan infeksi virus DBD. Sehingga, meminum jus buah jambu biji dan air rebusan daun jambu biji dapat membantu meningkatkan kadar trombosit darah pada pasien DBD seiring dengan melakukan pengobatan ke tenaga medis.
Sumber:
Azeredo, E.L.D., Monteiro, R.Q. and de-Oliveira Pinto, L.M., 2015. Thrombocytopenia in dengue: interrelationship between virus and the imbalance between coagulation and fibrinolysis and inflammatory mediators. Mediators of inflammation, 2015. [online] https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25999666.
Berlian, G., Tandrasasmita, O.M. and Tjandrawinata, R.R., 2017. Trombinol, a bioactive fraction of Psidium guajava, stimulates thrombopoietin expression in HepG2 cells. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 7(5), pp.437-442. [online] https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2221169117300424.
Kementerian Kesehatan RI, 2017. Demam Berdarah Dengue (DBD). [online] http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/index.php?cid=1-17042500004&id=demam-berdarah-dengue-dbd-.html.
Krishnamurthy, V., Rajeshakar, R. and Doreswamy, S.M., 2016. Thrombocytopenia in Dengue illness: Destruction, Suppression and Composite platelet index: A Retrospective study. Annals of Pathology and Laboratory Medicine, 3(5), pp.A465-470. [online] https://www.researchgate.net/publication/311102745_Thrombocytopenia_in_Dengue_Illness_Destruction_Suppression_and_Composite_Platelet_Index_A_Retrospective_Study.
National Heart, Lung, and Blood Institute. Thrombocytoenia. [online] https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/thrombocytopenia.
Prasetio, J.N., 2015. Potential Red Guava Juice Inpatients with Dengue Hemorrhagic Fever. Jurnal Majority, 4(2).
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.