COELIAC DISEASE
Asosiasi Keluarga Gizi

Penyakit Seliaka (Coeliac/Celiac Disease) adalah penyakit autoimun di mana terjadi intoleransi terhadap gluten (protein yang terdapat dalam terigu, gandum, dan produk sejenisnya) yang menyebabkan reaksi alergi dan merusak usus kecil. Respon imun ini merusak lapisan usus halus dan menyebabkan jonjot-jonjot (villi) yang berfungsi untuk menyerap nutrisi berubah bentuk, sehingga tidak dapat menjalankan fungsi penyerapannya dengan baik. Sama seperti penyakit autoimun pada umumnya, CD adalah penyakit langka yang terjadi hanya 0.5%-1% di dunia, terutama di daerah Eropa dan Amerika. (NCBI, 2012).

Penyakit seliaka termasuk dalam salah satu kelainan autoimunitas yang merupakan kondisi dimana sistem imun pada tubuh manusia yang seharusnya berfungsi untuk melindungi tubuh dari benda asing, tidak dapat membedakan benda asing dan sel-sel sehat, sehingga menyerang dan/atau menghancurkan benda asing maupun sel-sel sehat pada seseorang. Penyakit autoimun bersifat genetik, tetapi memiliki pemicu spesifik pada setiap penyakitnya. Sampai sekarang ini, pengobatan yang dapat menjamin kesembuhan dari penyakit autoimun belum ditemukan. Akan tetapi, kondisi autoimunitas dapat dikelola dengan menerapkan pola hidup sehat dengan menjaga makanan yang dikonsumsi, tanpa obat-obatan.

Penyakit ini merupakan respon tubuh yang ditandai oleh atrofi vilus di mukosa usus halus. Kejadian ini nantinya dapat menyebabkan malabsorpsi nutrien, menghalangi perkembangan histologis, dan komplikasi saat mencerna gluten kembali. Gluten adalah istilah yang dipakai untuk protein kompleks dan tidak larut air seperti gandum, rye, barley (jali). Bahan makanan yang mengandung gluten berbahaya untuk pengidap penyakit seliaka.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyakit seliaka seperti:

• Faktor Lingkungan
Seseorang yang menderita penyakit seliaka tidak boleh mengonsumsi makanan yang mengandung gluten. Penyakit seliaka merupakan penyakit imun yang dirangsang oleh gliadin. Penelitian menyatakan bahwa, terdapat beberapa protein pada gandum yang dapat merangsang efek penyakit seliaka. Protein yang terdapat pada gandum dapat diklasifikasikan menjadi 4 berdasarkan karakteristik kelarutannya yaitu: prolamin (larut dalam etanol), glutenin (larut sebagian padalarutan asam atau basa), globulin (larut dalam 10% NaCl), dan albumin (larut dalam air). Istilah gluten dipakai untuk protein prolamin dan glutenin.

• Faktor Genetik
Faktor genetik memegang peran penting karena riset membuktikan bahwa sebanyak 8%-18% penderita penyakit seliaka menurunkan penyakit tersebut pada anaknya, dan terdapat sebanyak 70% penyakit seliaka yang terjadi pada anak kembar. Penyakit seliaka terasosiasi dengan HLA-DQ2 haplotypes.

• Faktor Imun
Terdapat bukti bahwa terdapat respon imun humoral dan cell-mediated pada gliadin dan prolamin. Ini dibuktikan bahwa ditemukan 2-6 kali lipat jumlah immunoglobulin-producing B cells pada lamina propria di usus kecil pada pasien yang menderita penyakit seliaka.

Dampak

Penyakit seliaka dapat memberi berbagai macam dampak pada penderitanya. Dampak-dampak tersebut berkaitan dengan pencernaan, kondisi berat badan, anemia dan osteopenia, saraf, fertilitas, dan kondisi fisik. Seringkali, penyakit seliaka pada pencernaan tidak dapat terdeteksi karena gejala penyakit ini mirip sekali dengan gejala-gejala penyakit pencernaan lainnya. Gejala-gejala tersebut merupakan diare, steatorrhea, abdominal (perut) membuncit, dan menurunnya berat badan. Diare pada penyakit seliaka terjadi karena volume dan tekanan osmotic yang meningkat di kolon sehinnga memicu produksi hydroxy fatty acids. Penyakit seliaka juga dapat mempengaruhi berat badan penderitanya dan menimbulkan efek nafsu makan berlebih atau juga anorexia. Perubahan yang terjadi pada tubuh beberapa pasien adalah terdapatnya retensi cairan yang disebabkan oleh hipoproteinemia.

Kesulitan untuk menyerap zat gizi yang dibutuhkan untuk tubuh merupakan dampak utama lain dari penyakit seliaka. Salah satunya adalah anemia, karena pada umumnya, pengidap penyakit seliaka akan mengalami kesulitan untuk menyerap zat besi atau folat sebagai nutrisi essensial yang dibutuhkan tubuh. Selain itu, penderita penyakit seliaka juga dapat mengalami osteopenia dan osteoporosis akibat penyerapan yang buruk terhadap kalsium, defisiensi vitamin B (diakibatkan oleh tidak mampunya tubuh untuk menyerap vitamin larut dalam lemak), dan terbentuknya ikatan antara kalsium dan magnesium intraluminal dengan asam lemak yang tidak terserap.

Penyakit seliaka juga dapat berdampak negative terhadap system tubuh lainnya seperti gejala-gejala gangguan saraf. Komplikasi terkait gangguan saraf yang paling sering terjadi adalah gluten ataxia yang merupakan abnormalitas kelemahan otot yang berdampak pada otak kecil, spinal cord, dan saraf perifer. Selain itu, terdapat juga dampak infertilitas pada penyakit seliaka yang kerap kali menyerang wanita dengan adanya gejala Amenorrhea dan terlambatnya menarche. Penyakit seliaka juga ditemukan pada wanita-wanita yang pernah melakukan aborsi. Dampak infertilitas juga dapat terjadi pada pria yang berdampak pada impoten. Ini disebabkan karena terjadinya malnutrisi dan abnormalitas pada regulasi hypothalamic-pituitary pada fungsi gonad dan resistensi androgen gonad. Selain penyakit dalam, penyakit seliaka juga dapat mempengaruhi kondisi fisik salah satunya growth retardation pada anak-anak.

Karena prevalensinya semakin meningkat di dunia, banyak penelitian yang menghubungkan penyakit seliaka dengan teori-toeri baru yang belum dipastikan kebenerannya yaitu:

• Martin F. Kagnoff, M.D., menyatakan bahwa faktor vital dari penyakit ini adalah hereditas/keturunan. Penyakit seliaka biasa terjadi pada anak-anak, tetapi pada saat menjelang dewasa, penyakit ini dapat sembuh sementara. Tetapi sangat memungkinkan bahwa gejala penyakit ini akan terlihat lagi pada umur 30-40 tahun. Faktor yang memicu kambuhnya penyakit ini adalah stress, trauma, infeksi, kehamilan, atau operasi.

• The Lancet (British Medical Journal) menyatakan adanya kaitan antara penyakit seliaka dengan epilepsy karena adanya substansi mirip endorphin pada gluten yang dapat mengakibatkan kerusakan pada otak.

• Penyakit seliaka juga banyak ditemukan pada orang yang menderita schizophrenia.

Pengobatan

Sampai sekarang, belum ditemukan pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini secara total. Tetapi terdapat beberapa pengobatan untuk menghindari gejala-gejala ini terjadi. Pengobatan yang dimaksud adalah pengobatan alami melalui Gluten-Free Diet (GFD). Prinsip-prinsip dari gluten free diet adalah untuk menghilangkan bahan-bahan yang mengandung gluten. Sampai sekarang, solusi ini merupakan cara paling baik dalam mengatasi penyakit seliaka ini. Prinsip dari Gluten Free Diet adalah sebagai berikut:

a. Menghindari makanan yang mengandung gandum, rye, dan barley, malt, produk susu, dan alcohol.
b. Mengonsumsi nasi, jagung, maize, buckwheat, millet, amaranth, quinoa, sorghum, kentang, soybean, tepung tapioca, kacang, dan tepung kacang
c. Membaca label ingredients makanan yang diolah
d. Memperhatikan komposisi gluten pada pengobatan, suplemen, penyedap makanan, dan lainnya.

Dalam pengimplementasiannya, GFD membutuhkan komitmen dari setiap pasiennya, karena program GFD pada akhirnya akan mengeluarkan biaya lebih mahal daripada makanan pada umumnya.

Anjuran Makanan

Penderita penyakit seliaka memiliki kemampuan untuk menyerap nutrisi yang buruk dan dapat menyebabkan defisiensi nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu, mengetahui apa saja yang harus dikonsumsi oleh penderita penyakit ini sangatlah penting. Menurut penelitian, suplemen-suplemen dibawah ini dapat memenuhi zat gizi yang dibutuhkan penderita penyakit seliaka. Namun tidak menutup kemungkinan, terdapat bahan/suplemen lain yang dapat juga mendukung pemenuhan kebutuhan tubuh.

1496064052834

Nutrisi pada tabel diatas terdapat pada beberapa makanan seperti:
• Karbohidrat: Jagung (maizena, polenta, etc.), soya, kentang, quinoa, tepung jagung (cornflour), millet, dan tepung nasi,
• Vitamin B: sereal bebas gluten, sayur hijau, daging, dan telur,
• Minyak omega 3: ikan berminyak dan flaxseed untuk meredakan inflamasi,
• Magnesium dan Kalsium: sayur hijau, almond, apricot, soya. (Penderita yang telah mengalami penyakit seliaka dan mengalami intoleransi laktosa dihimbau untuk menghindari produk-produk susu).
• Zat besi: daging, telur, buah, dan sayur hijau untuk mencegah anemia,
• Serat: Buah dan sayuran,
• Teh peppermint/daun mint, nanas, dan papaya, minuman probiotik dan yoghurt untuk menjaga keseimbangan bakteri dengan baik.

Pengidap penyakit seliaka harus menghindari makanan seperti:
• Roti, pasta, sereal, biscuit, crackers, kue, pastries, pie, pizza, etc.
• Biji-bijian yang mengandung gluten seperti gandum, rye, barley
• Beer dan alcohol karena dapat menyebabkan inflamasi.

Kesimpulan

Penyakit seliaka merupakan penyakit yang dapat mengancam nyawa pengidapnya. Persebaran penyakit ini dan juga autoimun merupakan kondisi yang harus diperhatikan karena prevalensinya terus meningkat di beberapa negara. Gejala-gejala penyakit seliaka susah untuk dideteksi karena mirip dengan penyakit umum lainnya. Telatnya deteksi pada penyakit ini menyebabkan berbagai variasi dampak buruk bagi tubuh manusia seperti kelainan pencernaan, anemia, anorexia, infertilitas, dan schizophrenia. Meskipun peneliti belum menemukan pengobatan yang tepat untuk penyakit ini, dampak-dampak dari penyakit ini dapat dicegah dengan mengadopsi diet bebas gluten atau Gluten-Free Diet (GFD). Selain itu, tertera zat-zat gizi yang diperlukan untuk pengidap penyakit seliaka agar tetap dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

References:
– Kelly, C. 2016, ‘Celiac Disease’, Sleinger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease, Chapter 107, pp. 1849-1972, Available from: ClinicalKey. [4 Mei 2017].
– Miletto, G., Jones, L., and Somers, S. 2011, The Food Hospital, Penguin Group, England.
– Gujral, N., Freeman, H., and Thomson, A. 2012, ‘Celiac Disease: Prevalence, diagnosis, pathogenesis and treatment’, World J Gastroenterol, Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3496881/. [4 Mei 2017].
– Apaituautoimun n.d., Apa itu Autoimun?. Available from: http://apaituautoimun.org/abouts/apa-itu-autoimun. [5 Mei 2017]
– Balch, P. 2010, Prescription for Nutritional Healing, 5th edt., Penguin Group, New York.

Written by akg

Leave a Reply