GULA

Gula dalam bentuk glukosa dibutuhkan sebagai sumber energioleh sel-sel dalam tubuh kita untuk menjalankan fungsinya. Glukosa terdapat dalam aliran darah yang hanya dapat masuk ke dalam sel tubuh dengan insulin. Saat seseorang mengalami DM, terjadi gangguan pada insulin. Gangguan tersebut dapat terjadi karena produksi insulin yang tidak cukup oleh pankreas ataupun karena insulin yang diproduksi tidak dapat bekerja secara efektif. Hal tersebut menyebabkan glukosa tidak dapat terserap ke dalam sel dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Tingginya kadar gula dalam darah merangsang cairan dalam sel dialirkan dalam darah dan dikeluarkan melalui urin. Selain itu, kurangnya glukosa dalam sel juga dapat mengirimkan sinyal rasa lapar. Kondisi-kondisi tersebut yang menyebabkan penderita DM mengalami polidipsi (banyak minum), poliuria (banyak buang air kecil) dan polifagia (banyak makan). Seseorang dikatakan terkena DM ketika kadar gula darah sewaktu (pemeriksaannya tidak memperhatikan waktu makan) ≥200 mg/dL atau kadar gula darah puasa (yang diperiksa setelah 8 jam tidak mendapatkan asupan kalori) ≥126 mg/dL.

Diabetes Mellitus dikategorikan dalam beberapa jenis, diantaranya DM tipe 1, DM tipe 2, dan DM gestasional. DM tipe 1 terjadi karena insulin yang diproduksi oleh pankreas jumlahnya tidak dapat mencukupi. DM tipe 1 kebanyakan terjadi pada usia muda bahkan pada masa anak-anak hingga remaja karena genetik. Sementara pada DM tipe 2, produksi insulin mencukupi namun tidak dapat berfungsi dengan baik. Menurut WHO, 90% dari penderita DM di dunia terkena DM tipe 2. Gejala pada DM tipe 2 dan DM tipe 1 hampir sama hanya tidak terlalu tampak pada DM tipe 2. Sementara itu, ibu hamil juga sering mengalami DM yang disebut dengan diabetes gestasional. Diabetes gestasional terjadi akibat perubahan hormon yang terjadi saat hamil. Perlu diperhatikan juga walaupun banyak penderita diabetes gestasional dapat kembali normal setelah persalinan, 20-50% diantaranya dapat mengalami diabetes mellitus tipe 2.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu faktor risiko dari penyakit Diabetes Mellitus adalah keturunan. Baik pada DM tipe 1 ataupun tipe 2, riwayat DM pada keluarga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena DM. Pada DM tipe 1 terjadi kekurangan produksi insulin oleh pankreas yang dapat disebabkan karena adanya penyakit atau luka pada pankreas itu sendiri. Selain itu, infeksi virus dalam waktu lama juga dapat mengakibatkan sel imun menghancurkan sel penghasil insulin (autoimun). Faktor terkait dengan pola makan seperti pemberian susu formula dan makanan selain ASI sebelum usia 4 bulan juga dapat menyebabkan DM tipe 1. Sementara itu, pada DM tipe 2 terganggunya fungsi insulin untuk menyerap glukosa ke dalam sel disebabkan oleh beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup. Kondisi berat badan yang overweight ataupun obesitas dapat meningkatkan risiko terkena DM tipe 2. Hal tersebut disebabkan karena penumpukan jaringan lemak dapat mengakibatkan sel menjadi lebih resisten terhadap insulin. DM tipe 2 juga disebabkan karena kurang aktifitas fisik. Kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok dan begadang juga dapat menyebabkan intoleransi pada glukosa karena resistensi insulin. Berdasarkan ras, DM tipe 2 juga lebih banyak ditemukan pada ras kulit hitam. Bertambahnya usia seseorang juga meningkatkan risikonya terkena DM tipe 2. Hal tersebut dapat terjadi karena saat menua, terjadi pengurangan massa otot dan peningkatan persen lemak tubuh. DM tipe 2 juga berisiko terhadap wanita yang memiliki polycystic ovary syndrome, yang memiliki tanda salah satunya adalah periode menstruasi yang tidak teratur. Wanita hamil yang terkena diabetes gestasional juga berisiko untuk terkena DM tipe 2 setelah melahirkan. Diabetes gestasional meningkat risikonya pada wanita hamil berusia diatas 25 tahun dan memiliki riwayat DM pada keluarga. Kondisi berat badan berlebih sebelum hamil juga menjadi salah satu faktor risiko dari diabetes gestasional. Dari beberapa faktor risiko DM tadi, ternyata sebagian besar diantaranya dapat dihindari kan?

DM dapat menyebabkan meningkatnya risiko terhadap penyakit kardiovaskuler, mata, ginjal dan syaraf. Serangan jantung dan stroke menjadi penyebab utama  kematian pada penderita DM. Kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah di retina akibattingginya kadar gula darah juga dapat menyebabkan kebutaan.  Ketika terkena DM, ginjal juga harus bekerja lebih keras untuk menahan kelebihan gula. Masuknya gula kedalam ginjal secara terus menerus juga dapat menyebabkan gagal ginjal. Gangguan saraf tepi biasanya terjadi pada seseorang yang baru terkena DM sehingga disebut juga komplikasi ringan. Gangguan tersebut akan menimbulkan gejala kesemutan atau nyeri pada tangan dan kaki.

Gangguan pada syaraf lebih lanjut juga dapat menyebabkan mati rasa. Segala bentuk komplikasi tersebut dapat dicegah khususnya pada diabetes tipe 2, kuncinya dengan hidup sehat. Pertama, capai dan pertahankan berat badan ideal. Walaupun sering dikenal dengan penyakit gula, namun pencegahannya bukan hanya dengan menghindari makanan manis, tetapi juga makanan yang tinggi lemak juga harus dihindari. Lakukan aktifitas fisik secara rutin. 30 menit exercise setiap hari dapat mengurangi risiko DM tipe 2 sebanyak 40%. Aktifitas fisik dapat mempercepat penggunaan glukosa sebagai energi dan membuat sel makin sensitif terhadap insulin. Hindari juga kebiasaan tidak sehat seperti merokok yang dapat menyebabkan glukosa sulit diserap menjadi energi. Tidur yang cukup juga berkaitan dengan metabolisme tubuh, nafsu makan, pengurangan risiko diabetes dan kebugaran tubuh. Hindari juga stress karena dapat mempengaruhi produksi hormon yang bisa membuat insulin tidak bekerja dengan baik. Lakukan juga pemeriksaan kadar gula darah secara rutin untuk mendeteksi ada atau tidaknya DM sehingga dapat dilakukan penanganan sejak dini.

Written by akg

Leave a Reply