Seledri (apium graveolens L.) adalah tumbuhan serba guna. Hampir semua bagian pada tanaman ini dapat dimanfaatkan.  Seledri sendiri memiliki sedikit rasa pedas dan aromanya yang khas. Saat ini banyak penelitian yang telah mengembangkan pemanfaatan dari seledri sebagai terapi alternatif tradisional yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan.

Seledri mengandung flavonoid, saponin, tanin 1%, minyak asiri 0,033%, flavo-glukosida (apiin), apigenin, fitosterol, kolin, lipase, phthalides, asparagine, zat pahit, vitamin (A, B dan C), apiin, minyak menguap, apigenin dan alkaloid.

Untuk mendapatkan manfaat dari seledri ini salah satunya dapat dilakukan dengan cara meminum air rebusan dari seledri tersebut. Manfaat yang didapat dari mengkonsumsi seledri sangat beragam yaitu dapat menanggulangi bermacam macam keluhan penyakit seperti tekanan darah tinggi, rematik/asam urat, stroke / lumpuh  dan diabetes melitus. Pemanfaatan terbanyak seledri untuk menurunkan gula darah atau tekanan darah tinggi.

  • Hipertensi dan jantung

Tekanan darah tinggi atau dalam bahasa medis dikenal dengan hipertensi adalah suatu penyakit kardiovaskular dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg dan tekanan darah diastolik sama atau lebih besar 140 mmHg Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup. Salah satu penyebab terjadinya hipertensi pada pasien hiperkolesterolemia adalah aterosklerosis pada pembuluh darah.

Daun seledri dikatakan memiliki kandungan Apigenin yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang dapat mengendurkan otot-otot arteri atau merelaksasi pembuluh darah. Zat tersebut yang mengatur aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh darah membesar dan mengurangi tekanan darah.

Fitosterol merupakan suatu zat dalam daun seledri yang mempunyai fungsi yang berlawanan dengan kolesterol bila dikonsumsi oleh manusia. Fitosterol diketahui mempunyai fungsi menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dan mencegah penyakit jantung, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia

  • Rematik / asam urat

Penyakit degeneratif lain yang ditangani dengan seledri berdasar Ristoja tahun 2012, 2015, dan 2017 yaitu rematik dan asam urat.Pemberian air rebusan seledri dua kali sehari pada penderita gout di Rasau Jaya, menunjukkan pengurangan keluhan nyeri dan penurunan kadar asam urat. Pemberian air rebusan seledri ini dapat diaplikasikan sebagai intervensi mandiri keperawatan dalam menangani masalah asam urat.

Seledri sebagai obat rematik karena memiliki efek sebagai antiinflamasi

  • Diabetes melitus dan stroke/lumpuh

Diabetes melitus pada umumnya juga terkait dengan peningkatan kadar lipid sehingga pemanfaatan seledri kemungkinan juga untuk mengurangi kadar kolesterol. Hal sama kemungkinan juga untuk pengobatan stroke. Stroke disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak, akibat adanya plak dan hipertensi. Penggunaan seledri kemungkinan secara tidak langsung adalah untuk menurunkan hipertensi dan kadar kolesterol tinggi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kejadian stroke.

Dilihat dari banyaknya manfaat yang dihasilkan seledri, cara mengkonsumsinya pun beragam. Selain sebagai penyedap makanan, penggunaan dengan cara minum air rebusan merupakan cara yang paling umum dilakukan. Berikut cara yang dapat dilakukan :

  1. Siapkan 1 daun seledri lalu cuci bersih
  2. Potong seledri menjadi potongan kecil dan masukkan kedalam panci
  3. Tuangkan air kurang lebih 1 liter. Masak dan didihkan selama 10 menit
  4. Setelah dingin, saring dan tuang hasil rebusan ke dalam botol

 

 

Sumber :

Fitria T, Saputra O. 2016. Khasiat daun seledri ( Apium Graveolens ) Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada Pasien HiperKolesterolemia. Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |121

Badan Litbang Kesehatan. Laporan Nasional Ristoja 2012. Eksplorasi pengetahuan lokal etnomedisin dan tumbuhan obat berbasis komunitas di Indonesia: Badan Litbang Kesehatan: Jakarta; 2012.

Badan Litbang Kesehatan. Laporan Nasional Ristoja 2015. Eksplorasi pengetahuan lokal etnomedisin dan tumbuhan obat berbasis komunitas di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan; 2015.

Badan Litbang Kesehatan. Laporan Nasional Ristoja 2017. Eksplorasi pengetahuan lokal etnomedisin dan tumbuhan obat berbasis komunitas di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan; 2017.

 

Written by akg

Leave a Reply